Minggu, 13 April 2014

Agama dan Pembentukan Kepribadian



Pengertian Agama
Istilah Agama dalam bahasa Sanskerta terdiri dari kata ”a” berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “Kacau Balau”. Jadi kalau kedua kata itu digabungkan maka agama berarti tidak kacau balau. Istilah yang ke dua adalah “Religare” dalam bahasa Latin yang berarti “Terikat” dan dalam bahasa Semit disebut dengan “Din” yang berarti “Hukum”. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Agama adalah Hukum-hukum yang mengikat masyarakat agar tidak kacau balau.
Kata “Religare” juga dapat berarti “mengembalikan ikatan”, “mengikatkan kembali”. Dari istilah ini dapat diartikan bahwa “agama” usaha manusia untuk mengembalikan, memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah. Hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah pertama sekali terjadi ketika manusia (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa.
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia

Seperti yang ditulis dalam  2 Timotius 3:16 bahwa Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Jadi agama memiliki 3 peran dalam kehidupan manusia, yaitu :

1. Agama berperan untuk mengubah pribadi manusia. Maksudnya, agama bukan mengubah kepribadian seseorang secara mutlak, melainkan mengubah perilaku manusia dari perilaku-perilaku yang tidak sejalan dengan ajaran agama menjadi sejalan dan baik menurut agama yang bersangkutan. Ajaran agama juga menjadi norma dan nilai yang digunakan setiap orang di dalam berperilaku.

2. Agama berperan memperbaiki keadaan masyarakat. Di dalam kehidupan manusia yang kompleks dan majemuk, sering kali terjadi konflik baik antar sesama manusia maupun dengan lingkungan. Maka, dengan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan konflik antar sesama jadi hilang dan manusia semakin mencintai alam dengan peduli akan kelestariannya.

3. Agama mempersatukan masyarakat. Meskipun di dalam realita kehidupan, sering kali terjadi konflik antar agama, namun sesungguhnya itu bukanlah sesuatu yang diinginkan setiap umat beragama. Melainkan adanya oknum-oknum  yang memanfaatkan perbedaan itu ke arah konflik. Di sinilah agama berperan untuk mempersatukan masyarakat tanpa memandang bulu melalui ajaran-ajarannya yang mengajak manusia itu untuk bersikap terbuka dan toleransi.

Definisi Agama Kristen
Kata “Kristen”  berasal dari kata “Kristus” dalam bahasa Yunani “Christos” yang berarti “Yang Diurapi” atau “Yang Dilantik” sebagai Penyelamat, karena pada masa Perjanjian Lama, Raja-raja dinobatkan melalui pengurapan minyak. Jadi orang Kristen adalah orang percaya yang mengikuti Yesus Kristus yang telah dilantik sebagai Juru selamat.
Agama Kristen adalah agama penyataan yang pengajaran keselamatannya didasarkan kepada pekerjaan penyelamatan Yesus Kristus. Keselamatan itu diterima oleh orang yang percaya akan pekerjaan penyelamatan tersebut dan diperlihatkan lewat perbuatan orang yang setia kepada firman-Nya bahkan bersedia menderita bagi kemuliaan nama-Nya.
Dalam Kisah Para Rasul 11:26, kata “orang Kristen” dipergunakan bagi sejumlah besar orang Antiokhia yang percaya akan Yesus Kristus dan setia kepada ajaran-Nya. Makna “orang Kristen” di sini harus dikaitkan dengan istilah “Murid” dan istilah ini merujuk kepada kehidupan mereka yang berbeda dengan masyarakat sekitar karena mereka adalah murid-murid yang setia. Sedangkan dalam Kis. 26:28 kata tersebut digunakan untuk orang yang percaya bahwa Kristus adalah Mesias yang menjadi penyelamat, karena telah mati untuk dosa manusia dan mengalahkan kematian itu lewat kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Perbedaan Agama Kristen dengan Agama Lain
Agama Kristen memiliki kekhasan bila dibandingkan dengan agama-agama yang lain. Agama Kristen adalah agama yang didasarkan kepada apa yang dinyatakan Allah lewat kesaksian dalam Alkitab.
1.      Dalam agama Kristen, Tuhan menyatakan diri-Nya lewat Yesus Kristus sebagai Juru selamat yang rela menjadi pengganti bagi kita, sehingga kalau kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan dihukum, tetapi sebaliknya diselamatkan / diampuni. Sedangkan dalam agama lain tidak ada penyelamat atau penebus dosa karena mereka berprinsip manusia sendirilah yang harus membayar hutang dosanya sendiri dan Allah, adalah maha pengasih dan penyayang, mengampuni manusia berdosa begitu saja tanpa ada penebusan ataupun penghukuman. Dari sudut pandang Kristen, ini menunjukkan Allah itu kehilangan keadilan-Nya.
2.      Prinsip dalam ke Kristenan adalah Allah mencari manusia. Namun, prinsip dari agama lain adalah manusia mencari Allah (dengan jalan membuang dosa, berbuat baik, berbakti, dan sebagainya).
Dalam Lukas 19:10 Yesus berkata:
“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.
Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada Yesus, yang juga adalah Allah sendiri. Jadi ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pada waktu manusia itu terhilang dalam dosa, Allah mencari manusia untuk menyelamatkannya.
Dalam Roma 3:11 dikatakan bahwa:
“Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah”.
Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu baru bisa terjadi kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak mencari manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu tidak akan mencari Allah.
3.      Dalam agama Kristen, kita dapat diselamatkan hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Sedangkan dalam agama lain, perbuatan baik mempunyai andil untuk menyelamatkan manusia. Sedangkan dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita.
Terlihat dari ayat Efesus 2:8-9:
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”
Peranan Agama dalam Pembentukan dan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Kristen
Mahasiswa Kristen sebagai calon-calon pemimpin masa depan diharapkan memiliki kesadaran yang sehat akan kehidupan dan arah kehidupannya serta memiliki integritas yang tinggi yang didasarkan pada keyakinan dan penghayatan yang kuat terhadap ajaran agama Kristen. Melalui hal tersebut, maka akan tercipta mahasiswa Kristen yang takut akan Tuhan, dan bukan hanya untuk menambah pengetahuan agama, namun sebagi pengembangan kehidupan rohani di dalam bahkan di luar kampus.  
Refleksi singkat dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita tidak hanya mengasihi orang-orang yang seagama dengan kita, satu suku, atau hanya dalam keluarga saja, tetapi kita harus mengasihi sesama kita, baik itu dari agama lain, suku lain, ataupun yang tidak memiliki hubungan darah sekalipun. Menjalin komunikasi yang baik dengan sesama kita terlebih lagi dengan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar